Breaking News
Cool Blue Outer Glow Pointer

Thursday, February 4, 2016

Sejarah Suku Ainu di Hokkaido

1.     Sejarah Suku Ainu
Suku Ainu adalah salah satu suku yang ada di Jepang,namun latar belakang budaya dan ras yang berbeda dengan etnis Jepang. Mereka telah menghuni Hokkaido, Tohoku utara, kepulauan Kurile dan Sakhalin. Saat ini lebih dari 150 ribu jiwa suku Ainu, dengan sebagian kecil populasinya berada di Hokkaido. Namun angka tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya, karena banyak orang yang menyembunyikan suku Ainu mereka demi menyembunyikan rasisme. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.
Ada sebuah teori mengatakan, suku Ainu adalah keturunan imigran Mongoloid yang memasuki pulau Jepang sebelum masa Jomon. Mereka mungkin mengungsi dan berasimilasi, ketika etnis Jepang mulai memperluas wilayah mereka. Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. Hal tersebut berasal dari salah satu legenda mereka yaitu Yukar Upopo  yang berjudul "Suku Ainu yang tinggal di tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak Matahari datang"
Kebijiakan Jepang untuk mereformasi suku Ainu pun meluas pada periode Meiji. Kala itu suku Ainu memperoleh status sebagi “mantan penduduk asli”. Bukan hanya itu, Jepang juga melarang bahasa Ainu, membatasi lahan suku Ainu, serta mempekerjakan sejumlah orang dari suku Ainu sebagai budak industri perikanan Jepang. Baru pada tahun 1997, sebuah undang-undang mengenai penyediaan dana untuk penilitian dan kebudayaan suku Ainu disahkan.
2.      Tampilan Fisik
Tampilan fisik suku ainu :
a.       Umumnya lebih pendek dari orang Jepang
b.      Tubuh kuat dan proporsional
c.       Mata coklat gelap
d.      Tulang pipi tinggi
e.       Hidung pendek dan wajah lebar
f.        Rambut lebat dan berombak.
Karena pria suku Ainu tidak mencukur kumis sampai waktu tertentu, maka wajah mereka pun lebat dengan jenggot dan kumis. Sementara rambut pria dan wanita suku Ainu sama-sama dipotong sebahu. Bedanya, para wanita suku Ainu kerap menato mulut, lengan, dan dahi mereka. Banyak peneliti awal menduga bahwa suku Ainu keturunan Kaukasus, namu uji DNA mutakhir tidak menemukan garis keturunan Kaukasus
Kaum minoritas di antara suku Ainu ini mungkin mencerminkan suatu tingkat tertentu dari pengaruh genetik satu arah dari suku Nivkh, yang telah lama memiliki interaksi budaya dengan suku Ainu. Namun ciri-ciri tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku Ainu lebih mirip dengan suku Okhotsk daripada dengan suku Jōmon. Hal ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon.
Pakaian tradisional suku Ainu adalah jubah pintal dari kulit pohon elm. Jubah dengan panjang hampir mencapai mata kaki ini juga berlengan panjang dan diikat dengan korset dari bahan sama. Pada musim dingin, mereka mengenakan kulit binatang, berupa legging dari kulit rusa atau sepatu bot dari kulit anjing atau salmon.
Banyak pria maupun wanita suku Ainu gemar memakai anting-anting. Bagi suku Ainu, perhiasan bernilai tinggi adalah tamasay, sejenis kalung manik-manik.



3.     Rumah Adat dan Kebudayaan
Ciri-ciri Rumah suku Ainu :
a.    Terbuat dari buluh jerami
b.    Luas mencapai lebih dari 20 kaki
c.    Tidak bersekat, dan memiliki perapian di tengah
d.    Ada cerobong asap berupa lubang di sudut atap
e.    Ada satu jendela di sisi timur dan ada dua pintu
f.      Rumah hanya punya sedikit barang, mereka duduk di lantai beralaskan dua lapis tikar. Saat tidur, mereka menggantung tikar pada dua tiang.
Suku ainu tidak pernah makan daging atau ikan mentah. Meskipun berburu,mereka selalu merebus atau memanggangnya dengan sayur, akar dan rempah-rempah sayuran. Saat makan, para pria menggunakan sumpit, dan wanita menggunakan sendok kayu.
Orang Ainu membagi tanah mereka menjadi lahan-lahan cakupan desa atau disebut iwor, yaitu sebagai tempat mereka memancing ikan salem, berburu, dan mengumpulkan kayu dan buah-buahan. Makhluk hidup yang menjaga mereka adalah para Dewa atau Kamuy yang sedang menyamar, ruh yang mengunjungi dunia fana. Para Dewa juga muncul sebagai benda mati,seperti pisau berburu dan rumah bambu. Untuk mengembalikan kamuy ke dunia ruh, suku Ainu menyelenggarakan beberapa ritual dengan menyediakan persembahan berupa makanan dan doa.

4.     Kepercayaan
Tidak ada literatur rinci mengenai suku Ainu, namun ada warisan yang memiliki kisah-kisah lisan , yang disebut dengan yukar. Suku Ainu percaya bahwa bumi mengambang, dan bahwa  Ainu Mosir atau tanah dari manusia (sebagai lawan dari Kamui Mosir atau tanah para dewa), terletak pada punggung ikan yang gerakannya bisa menyebabkan gempa bumi.
Suku Ainu juga percaya bahwa segala sesuatu di alam mempunyai roh atau dewa di dalamnya. Karena tidak memiliki imam khusus atau kuil untuk upacara, maka kepala desalah yang melakukan upacara keagamaan apa pun yang diperlukan. Orang-orang Ainu selalu berdoa sebelum makan, dan berdoa kepada dewa api saat mereka jatuh sakit. Mereka percaya roh mereka abadi, mereka juga mempercayai konsep surga dan neraka. Maka bagi mereka, neraka berada di bawah gunug berapi.
5.     Kesenian
Suku ainu tidak mempunyai kesenian yang terlalu ditonjolkan, karena mereka lebih banyak menutup diri dan tidak menonjolkan kesukuannya. Namun, dalam sejarah musik Jepang, terdapat jenis musik tradisional Ainu. Musik Ainu mengacu pada tradisi musik dari orang-orang Ainu Jepang utara. Genre yang tertua termasuk yukar, (mimikri), yang merupakan bentuk puisi epik, dan upopo.
Musik Ainu membawa resonansi rohani di hampir semua bentuknya, dan memainkan peran penting baik dalam sejarah budaya dan renaisans budaya masyarakat Ainu sendiri. Hampir setiap jenis lagu Ainu dianggap suci, bahkan alat musik dikatakan memiliki jiwa (Ohnuki-Tierney 53). Musik tradisional Ainu dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu lagu sehari-hari dan lagu-lagu epik. Setiap hari lagu-lagu dalam tradisi Ainu dinyanyikan dalam banyak situasi dan secara dadakan. Mereka sering disertai oleh dua instrumen musik Ainu paling umum: tonkori, sebuah sitar dipetik, dan mukkuri yaitu kecapi orang Yahudi yang dimainkan oleh perempuan.
6.     Bahasa
Bahasa Ainu adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Ainu yang dituturkan oleh suku Ainu. Bahasa Ainu tidak memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Jepang.
Karena populasi suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu bahasa terancam punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas 80 tahun. Sehingga UNESCO pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically endangered).
Bahasa ini dulunya diajarkan secara turun temurun melalui tradisi lisan dan tidak memiliki bahasa tulisan. Bahasa Ainu pertama kali ditulis pada abad ke-16 oleh orang Eropa dengan memakai huruf Latin dan aksara Sirilik. Orang Jepang suku Yamato menulis bahasa Ainu dengan aksara katana/kana.
 
7.     Mata Pencaharian
Warga suku Ainu bermatapencaharian dari berburu dan bertanam jagung, yang merupakan mata pencarian utama warga suku ini. Mereka sangat mahir berburu beruang yang besarnya dua sampai tiga kali tubuh mereka. Suku Ainu pun sudah lama mengenal dagang, dengan menjual sebagian hasil buruan mereka untuk ditukarkan dengan barang kebutuhan sehari-hari lainnya dari orang-orang Jepang.

No comments:

Designed By Arsyad Tanaka