1. Sejarah Suku Ainu
Suku Ainu adalah salah satu suku yang ada di
Jepang,namun latar belakang budaya dan ras yang berbeda dengan etnis Jepang.
Mereka telah menghuni Hokkaido, Tohoku utara, kepulauan Kurile dan Sakhalin. Saat
ini lebih dari 150 ribu jiwa suku Ainu, dengan sebagian kecil populasinya
berada di Hokkaido. Namun angka tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya,
karena banyak orang yang menyembunyikan suku Ainu mereka demi menyembunyikan
rasisme. Seringkali orang Ainu yang masih hidup pun tidak menyadari garis
keturunan mereka, karena orang tua dan kakek-nenek mereka merahasiakannya untuk
melindungi anak-anak mereka dari masalah sosial.
Ada sebuah teori mengatakan, suku Ainu adalah
keturunan imigran Mongoloid yang memasuki pulau Jepang sebelum masa Jomon.
Mereka mungkin mengungsi dan berasimilasi, ketika etnis Jepang mulai memperluas
wilayah mereka. Penelitian DNA mutakhir mengatakan bahwa mereka adalah
keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. Hal tersebut berasal dari salah satu
legenda mereka yaitu Yukar Upopo yang berjudul "Suku Ainu yang tinggal di
tempat ini seratus ribu tahun sebelum Anak-anak Matahari datang"
Kebijiakan Jepang untuk mereformasi suku Ainu pun
meluas pada periode Meiji. Kala itu suku Ainu memperoleh status sebagi “mantan
penduduk asli”. Bukan hanya itu, Jepang juga melarang bahasa Ainu, membatasi
lahan suku Ainu, serta mempekerjakan sejumlah orang dari suku Ainu sebagai budak
industri perikanan Jepang. Baru pada tahun 1997, sebuah undang-undang mengenai
penyediaan dana untuk penilitian dan kebudayaan suku Ainu disahkan.
2. Tampilan
Fisik
Tampilan
fisik suku ainu :
a.
Umumnya lebih pendek dari orang Jepang
b.
Tubuh kuat dan proporsional
c.
Mata coklat gelap
d.
Tulang pipi tinggi
e.
Hidung pendek dan wajah lebar
f.
Rambut lebat dan berombak.
Karena pria suku Ainu tidak mencukur kumis sampai
waktu tertentu, maka wajah mereka pun lebat dengan jenggot dan kumis. Sementara
rambut pria dan wanita suku Ainu sama-sama dipotong sebahu. Bedanya, para
wanita suku Ainu kerap menato mulut, lengan, dan dahi mereka. Banyak peneliti
awal menduga bahwa suku Ainu keturunan Kaukasus, namu uji DNA mutakhir tidak
menemukan garis keturunan Kaukasus
Kaum minoritas di antara suku Ainu ini mungkin
mencerminkan suatu tingkat tertentu dari pengaruh genetik satu arah dari suku Nivkh,
yang telah lama memiliki interaksi budaya dengan suku Ainu. Namun ciri-ciri
tulang tengkorak mereka menunjukkan bahwa suku Ainu lebih mirip dengan suku
Okhotsk daripada dengan suku Jōmon. Hal ini sesuai dengan rujukan kepada budaya
Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon.
Pakaian tradisional suku Ainu adalah jubah pintal dari
kulit pohon elm. Jubah dengan panjang hampir mencapai mata kaki ini juga
berlengan panjang dan diikat dengan korset dari bahan sama. Pada musim dingin,
mereka mengenakan kulit binatang, berupa legging dari kulit rusa atau sepatu
bot dari kulit anjing atau salmon.
Banyak pria maupun wanita suku Ainu gemar memakai
anting-anting. Bagi suku Ainu, perhiasan bernilai tinggi adalah tamasay,
sejenis kalung manik-manik.
3. Rumah Adat dan Kebudayaan
Ciri-ciri Rumah
suku Ainu :
a.
Terbuat dari buluh jerami
b.
Luas mencapai lebih dari 20 kaki
c.
Tidak bersekat, dan memiliki perapian di tengah
d.
Ada cerobong asap berupa lubang di sudut atap
e.
Ada satu jendela di sisi timur dan ada dua pintu
f.
Rumah hanya punya sedikit barang, mereka duduk di
lantai beralaskan dua lapis tikar. Saat tidur, mereka menggantung tikar pada dua
tiang.
Suku ainu
tidak pernah makan daging atau ikan mentah. Meskipun berburu,mereka selalu
merebus atau memanggangnya dengan sayur, akar dan rempah-rempah sayuran. Saat
makan, para pria menggunakan sumpit, dan wanita menggunakan sendok kayu.
Orang Ainu
membagi tanah mereka menjadi lahan-lahan cakupan desa atau disebut iwor,
yaitu sebagai tempat mereka memancing ikan salem, berburu, dan mengumpulkan
kayu dan buah-buahan. Makhluk hidup yang menjaga mereka adalah para Dewa atau Kamuy
yang sedang menyamar, ruh yang mengunjungi dunia fana. Para Dewa juga muncul
sebagai benda mati,seperti pisau berburu dan rumah bambu. Untuk mengembalikan
kamuy ke dunia ruh, suku Ainu menyelenggarakan beberapa ritual dengan
menyediakan persembahan berupa makanan dan doa.
4. Kepercayaan
Tidak ada
literatur rinci mengenai suku Ainu, namun ada warisan yang memiliki kisah-kisah
lisan , yang disebut dengan yukar. Suku Ainu percaya bahwa bumi
mengambang, dan bahwa Ainu
Mosir atau tanah dari manusia (sebagai lawan dari Kamui Mosir atau tanah
para dewa), terletak pada punggung ikan yang gerakannya bisa menyebabkan gempa
bumi.
Suku Ainu
juga percaya bahwa segala sesuatu di alam mempunyai roh atau dewa di dalamnya.
Karena tidak memiliki imam khusus atau kuil untuk upacara, maka kepala desalah
yang melakukan upacara keagamaan apa pun yang diperlukan. Orang-orang Ainu
selalu berdoa sebelum makan, dan berdoa kepada dewa api saat mereka jatuh
sakit. Mereka percaya roh mereka abadi, mereka juga mempercayai konsep surga
dan neraka. Maka bagi mereka, neraka berada di bawah gunug berapi.
5. Kesenian
Suku ainu
tidak mempunyai kesenian yang terlalu ditonjolkan, karena mereka lebih banyak
menutup diri dan tidak menonjolkan kesukuannya. Namun, dalam sejarah musik
Jepang, terdapat jenis musik tradisional Ainu. Musik Ainu mengacu pada tradisi
musik dari orang-orang Ainu Jepang utara. Genre yang tertua termasuk yukar,
(mimikri), yang merupakan bentuk puisi epik, dan upopo.
Musik Ainu
membawa resonansi rohani di hampir semua bentuknya, dan memainkan peran penting
baik dalam sejarah budaya dan renaisans budaya masyarakat Ainu sendiri. Hampir
setiap jenis lagu Ainu dianggap suci, bahkan alat musik dikatakan memiliki jiwa
(Ohnuki-Tierney 53). Musik tradisional Ainu dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama yaitu lagu sehari-hari dan lagu-lagu epik. Setiap hari lagu-lagu dalam
tradisi Ainu dinyanyikan dalam banyak situasi dan secara dadakan. Mereka sering
disertai oleh dua instrumen musik Ainu paling umum: tonkori, sebuah sitar
dipetik, dan mukkuri yaitu kecapi orang Yahudi yang dimainkan oleh perempuan.
6. Bahasa
Bahasa Ainu adalah
salah satu bahasa dari rumpun bahasa
Ainu yang dituturkan oleh suku Ainu. Bahasa Ainu
tidak memiliki hubungan dengan bahasa Jepang selain dari
sejumlah kosakata yang dipinjam dari bahasa Jepang.
Karena populasi
suku Ainu yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah
satu bahasa
terancam punah. Orang yang dapat berbicara bahasa Ainu di Hokkaido
hanya ada kurang dari 10 orang, dan mereka pun rata-rata sudah berusia di atas
80 tahun. Sehingga UNESCO
pada tahun 2009 memasukkan bahasa Ainu sebagai bahasa dalam keadaan kritis (critically
endangered).
Bahasa ini
dulunya diajarkan secara turun temurun melalui tradisi lisan dan tidak
memiliki bahasa
tulisan. Bahasa Ainu pertama kali ditulis pada abad ke-16 oleh orang Eropa
dengan memakai huruf Latin
dan aksara
Sirilik. Orang Jepang suku Yamato menulis bahasa Ainu dengan aksara katana/kana.
7. Mata Pencaharian
Warga suku Ainu bermatapencaharian dari berburu dan
bertanam jagung, yang merupakan mata pencarian utama warga suku ini. Mereka
sangat mahir berburu beruang yang besarnya dua sampai tiga kali tubuh mereka.
Suku Ainu pun sudah lama mengenal dagang, dengan menjual sebagian hasil buruan
mereka untuk ditukarkan dengan barang kebutuhan sehari-hari lainnya dari
orang-orang Jepang.
No comments:
Post a Comment